Sabtu, 02 April 2011

Mencari Jalan Pintas

Manusia oleh Tuhan ditasbihkan sebagai mahkluk terbaik dalam segala aspek. Secara fisik manusia dikaruniai anggota tubuh yang fleksibel melakukan berbagai pekerjaan. Dengan anggota tubuhnya pula mereka mampu menciptakan karya-karya yang luar biasa hebatnya. Kemudian dengan akalnya mereka mampu mempermudah kehidupannya dengan alat-alat teknologi yang canggih. Dangan hatinya  manusia dapat hidup tentram dengan kepribadian yang beradab dan bernorma.
Kenyataan ini menuntut manusia harus dapat mengatur hidupnya dengan baik. Menjalani kehidupan  dengan berjalan di atas sebuah rel yang namanya nilai. Sebuah nilai yang berwujud aturan atau prosedur kehidupan yang disepakati oleh manusia atau yang digariskan oleh Tuhan. Nilai tersebut secara konsisten harus dipegang dan dijadikan acuan dalam bermasyarakat.
Dijaman yang serba modern ini, dimana globalisasi begitu mencengkram masyarakat disetiap kehidupan. Budaya  hedonisme, menerapkan kebebasan tanpa batas dan mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalah dilakukan disemua lini. Sebutir nilai seperti buih dilautan. Ada tapi kemudian hilang ditelan ombak.
Jalan Pintas yang dilakukan masyarakat yang sudah kehilangan nilai merambah hampir disemua aspek. Tidak hanya masalah duniawi tetapi juga sudah menyangkut wilayah ketuhanan. Lihatlah orang yang namanya Ahmad Mushaddeq yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Tokoh ini merubah ajaran Islam ke dalam pola baru yang menurutnya lebih afdol di zaman sekarang. Misalnya saja sholat tidak wajib, zakat dan haji juga tidak perlu.
Langkah mereduksi ajaran agama dan kemudahan dalam melakukan ibadah menjadi dasar pertimbangan para pengikutnya. Hal ini dimaknai sebagai jalan pintas dalam menjalankan ketentuan agama scara ringkas, praktis dan tidak ribet. Pikiran pragmatis yang demikian bertentangan dengan nilai yang ada. Indikasi ini menyerang sebagian masyarakat yang memang tidak memiliki pengetahuan agama yang memadai.
Belum lama ini sosok Gayus Tambunan menjadi selebritis yang menjadi pusat perhatian. Pegawai pajak ini mencari jalan pintas dengan memperkaya diri melalui korupsi. Tidak dipungkiri bahwa bentuk korupsi sekarang ini tidak hanya dilakukan sendiri. Tetapi sudah dilakukan secara berjamaah, berkelompok bahkan secara kelembagaan. Tentu ini sangat memprihatinkan disela sebagian masyarakat kesulitan dengan biaya hidup setiap harinya.
Pendidikan yang merupakan sumber perubahanpun tak lepas dari jalan pintas. Lihatlah bagaimana maraknya iklan pembuatan tesis, skripsi di media masa. Yang sebagaian besar tentunya dilakukan tidak gratis. Bahkan Lebih parah lagi ketika melihat gelar Sarjana, Master atau Doktor yang mudah dipesan dengan harga tertentu.
Semua jalan pintas yang dilakukan tadi adalah salah satu bentuk kegamangan manusia dalam menjalani kehidupan. Mereka belum memiliki tautan yang kuat dalam menghadapi dunia yang sesaat ini. Secara prinsip manusia telah diberikan wewenang untuk mengatur pola dan keadaan hidupnya sendiri. Wewenang tersebut harus dijalankan dengan benar, karena wewenang tersebut sebenarnya memiliki keterkaitan dengan berbagai pihak, termasuk Tuhan pencipta alam ini. Oleh karena itu dituntut keteguhan dalam menjalankan prinsip yang sesuai dengan nilai sehingga kita mampu menghindar dari yang namanya jalan pintas.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami sangat berbahagia atas Kunjungan Anda...Mohon Bantuannya Untuk memperbaiki Blog ini. Mungkin tulisannya tidak berarti, tetapi saya yakin setiap komentar yang anda tinggalkan akan bermanfaat bagi kami. Terima Kasih...

Entri Populer